Translate

Tuesday, November 22, 2011

Inspirasi "Kisah buah Apel"

SUNGGUH!!
Kisah buah apel dari orang tua Imam Hanafi benar-benar teringat-ingat terus sejak pertama kali mendengarnya di pondok pesantren Al-Ibriz - Semarang, yang waktu itu dipetuahkan oleh KH Son Haji Abdullah tahun 1990-an
Lihat kisahnya disini
kisah ini lah yg terus membayangi setiap langkah dalam mencari nafkah untuk diriku, anak-anakku dan istriku tercinta..


dulu, sewaktu awal bekerja di pabrik kabel, yang kebetulan di tempatkan pada bagian QC test, saya sering dilibatkan dalam Witness Test, yaitu pengujian kabel yang di saksikan oleh perwakilan dari pihak pembeli/penguji kabel. disitu dalam pelaksanaannya penuh dengan intrik kebohongan dimana contoh kabel yang diperkirakan tidak lolos uji, di tengah perjalanannya sample tersebut di tukar dengan sample yang sudah lulus uji sebelumnya dan masuk standard.
dalam hati kecilku saat itu sering bertanya, ya Allah apakah gaji yang aku dapat ini halal?


Pada masa kuliah,
Aku pernah membeli  beberapa nilai mata kuliah dari seorang staff TU kampus
dimana dosa ini selalu teringat selama bekerja puluhan tahun dengan pertanyaan 
Halalkah gaji atau penghasilanku? dari pekerjaan yang mana melamarnya dengan ijasah yang bercampur dengan nilai palsu atau kebohongan..?


di tambah satu dosa lagi, pada saat masih bekerja di pabrik kabel, tapi sudah pindah bagian di departemen MIS
beberapa kali aku menjual harddisk dan memory ram bekas dari beberapa komputer yang sudah rusak di gudang, kemudian walaupun aku tidak berani memakannya secara langsung, tapi uangnya saya belikan beberapa buku tentang Visual Basic 6 dan CD komputer bajakan di Hardy Shop Mangga Dua. ini bukan buku murah, harganya sampe sekitar 200rb per jilid-nya (th 2000). karena waktu itu punya prinsip, bekerja nggak dapet gaji seberapa tapi yang penting dapet ilmu sebanyak-banyaknya. tapi rupanya penerapan prinsip ini kebablasan sehingga menggunakan segala cara termasuk cara yang haram. niatnya waktu keluar dari perusahaan tersebut, buku-buku itu mau ditinggal saja. tapi entah bagaimana buku-buku tersebut malah aku bawa sampe pada tempat kerjaku yang baru.
yang pada suatu waktu nantinya Visual Basic merupakan sumber dari beberapa kejadian buruk yang saya anggap adalah karma karena dosa-dosa masa lalu. ilmu Visual Basic adalah BENCANA buat saya..


Hingga sampai pada puncak kekesalan pada pekerjaan, saya bicara sama Tuhan 
OK Tuhan...
jika ini memang karma dari Engkau dan jawaban atas kegelisahan suara hati selama ini..
saya siap untuk melepas semua pekerjaan yang saya lamar dengan ijasah S1 yang tidak murni halal...
saya siap tidak akan lanjutkan segala pekerjaan dan ilmu tentang Visual Basic
tapi mohon beri hamba jalan pengganti untuk melepas itu semua..


dan untungnya Tuhan menjawab doaku, bisa dikatakan sekarang ini saya mendapatkan nafkah dari pengembangan ilmu dari bangku STM. dan hidup serasa lebih tenang dengan tidak adanya ganjalan tentang halal/haram-nya nafkah...




Ih dinashiraatal mustaqiim...
Terima kasih ya Allah atas petunjuk jalanMu yang lurus..
bukan maksud hati menyombongkan diri atas karuniaMu, tapi semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi untuk selalu menafkahi keluarga dengan yang halal...


ALHAMDULILLAH SESUATU...

2 comments:

  1. Anda kurang bijaksana, mengapa harus meninggalkan semua ilmu yang sudah anda pelajari. Bukankah ilmu itu lebih berguna jika anda gunakan, diasah apalagi sampai diamalkan. Masalah darimana ilmu itu, yang penting kita mau berubah dan tidak mengulangi kesalahan. Beres sudah.

    ReplyDelete
  2. good, jangan pernah lakukan sesuatu hal yang membuat anda tidak tenang.
    apapun itu.
    saya juga pernah mengalami yang mirip seperti itu, tetapi dalam prinsip saya, saya tidak akan melalukan pekerjaan yang merugikan orang lain (membohongi, dll).

    dulu saya kerja di surabaya di sebuah distributor komputer bekas, bos saya selalu membohongi customer dengan bahasa yang manis.
    itu sangat mengganjal dihati saya, saya berusaha untuk jujur tetapi malah saya yang terdepak dari perusahaan.

    setelah itu ada tawaran di sebuah BUMN di gresik, awalnya saya sangat senang tetapi justru disinlah awal kehancuran karir saya.
    saya di fitnah habis2san oleh anak buah saya sendiri sehingga saya putuskan untuk keluar walaupun gaji saya sanggatlah cukup.

    dari situ saya berfikir, gaji besar, fasilitas oke ternyata tidak menjamin kebagiaan dan kepuasan hati.

    dan sekarang, saya putuskan untuk memulai usaha kecil2an dengan membuka warnet.
    dan itu membuat saya lebih tenang walaupun hasilnya tidak sebesar ketika saya kerja di BUMN.

    "jujurlah walaupun itu tidak selalu menguntungkan buat anda sendiri"

    ReplyDelete